Selasa, 14 Desember 2010

ANALISIS PERNYATAAN PENYELIA DALAM 3(TIGA) JARINGAN MANAGERIAL

Jaringan Empat Sistem Manajemen Likert

Pernyataan berikut adalah dari seorang penyelia (supervisor) yang sedang menggambarkan gaya kepimpinannya.dia mengendalikan lima belas pemrogram dalam sebuah perusahaan pemrosesan data yang sedang tumbuh pesatrata-rata umur para pemrogram computer tersebut adalah dua puluh satu tahun.
Bila seorang pemimpi ingin sukses,dia harus dihormati para bawahannya.saya telah mengamati para penyelia yang lemah dan takut untuk membuat keputusan-keputusan.sebelum mereka mengetahuinya,mereka segera menemukan bahwa ada cukup pembangun kerajaan disekitarnya untuk merebut kekuasaan yang telah mereka peroleh.selama sepuluh tahu saya bekerja disini,saya melihat lebih dari satu penyelia tertekan pada pekerjaannya,baik karena manager lain yang melanggar bidang wewenangnya atau karena para bawahan mulai sebagai pekerja-pekerja yang baik dan kemudian mendapatkan lampu hijau dari manajer tingkat atas untuk menggunakan wewenang yang sesungguhnya dipunyai penyelia.
Hal lain yang seharusnya dipikirkan seorang penyelia adalah konsistensi.perubahan gaya kepemimpinan,saya piker,merupakan hal jelek.para bawahan akan lebih menyukai penyelia yang keras sepanjang waktu dari pada penyelia yang lunak.
Akhirnya ada masalah sulit pada pengendalian.seorang penyelia yang tidak dapat mempertahankan pengawasn ketat dalam situasikerja tidak akan dapat melakukan pekerjaan secara effektif.tanpa pengawasan ini,saudara akan segera mempuyai kekacau-balauan.pikirkan juga bahwa,disamping apa mereka yang mungkin katakana,para bawahan sungguh-sungguh menginginkan saudara memberikan disiplin.mereka tidak akan hormat pada saudara kecuali saudara memberikan disiplin
kepada mereka dan cara terbaik untuk melakukan hal itu adalah close control.
Pertanyaan kasus :
1. 1 .Anaalisis pernyataan penyelia ini dengan a) Jaringan manajerial (manajerial grid) Blake dan Mouton, b) jaringan tiga dimensi Reddin,dan c) empat system manajemen likert.
2. 2 . Apa Faktor-faktor yang mempengarui gaya kepemimpinan yang dikembangkan oleh seorang manajer (penyelia) ?
Jawaban Kasus :
Menurut Reddin ada jenis tiga gaya yang harus diperhatikan yaitu gaya yang efektif dan tidak efektif.Gaya dari lingkungan reddin ini tidak terpengaruh kepada lingkungan sekitarnya.
Gaya efektif terdiri dari :
1. - Eksekutif : gaya ini mempunyai perhatian terhadap tugas-tugas pekerjaan dan hubungn kerja.
2. - Pecinta Pengembangan : Pada gaya ini lebih mempunyai perhatian yang penuh terhadap hubungn pekerjaan.
3. - Otokratis yang baik : Gaya perhatian ini menekan perhatian yang maksimum terhadap tugas-tugas kerja.


Gaya yang tidak efektif terdiri dari :
1. - Pecinta kompromi : Gaya kompromi ini menitikberatkan perhatian terhadap tugas dan hubungan kerja.
2. - Missionari : Manajer seperti ini menilai keharmonisan sebagai suatu tujuan,dalam arti memberikan perhatian yang besar dan maksimum terhadap tugas dan perilaku yang tidak sesuai.
3. - Otokrat : Pemimpin tipe ini memberikan perhatian yang banyak terhadap tugas dan sedikit perhatian terhadap hubunan kerja dengan perilaku yang tidak sesuai.
4. Lari dari tugas : Manajer yang memiliki gaya kepemimpinan seperti ini sama sekali tidak
memberikan perhatian,baik kepada tugas maupun hubungan kerja.
Empat Sistem – Rensis Likert
Gaya kepemimpian yaitu sikap dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam menghadapi bawahan. Ada dua macam gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan.
Dalam gaya yang ber orientasi pada tugas ditandai oleh beberapa hal sebagai berikut:
- Pemimpin memberikan petunjuk kepada bawahan.
- Pemimpin selalu mengadakan pengawasan secara ketat terhadap bawahan.
- Pemimpin meyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dilaksanakan sesuai
dengan keinginannya.
- Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan pe-
ngembangan bawahan.
Sedangkan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada karyawan atau bawahan
ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut.
- Pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan pengawasan kepada
bawahan.
- Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
- Pemimpin lebih bersifat kekeluargaan, saling percaya dan kerja sama, saling
menghormati di antara sesama anggota kelompok.
Penelitian menunjukkan bahwa kesuksesan seorang pemimpin dipengaruhi oleh lingkungan. Begitu antusiasnya para peneliti untuk meneliti lingkungan dan faktor-faktor yang dapat menentukan keefektifan seorang pemimpin, akhirnya mereka meneliti para pemimpin di tempat kerja. Ternyata ada berbagai faktor utama yang mempengaruhi gaya kepemimpinan.Faktor-faktor yang mempengaruhi situasi kepemimpinan adalah:

1. Pimpinan.
2. Bawahan.
3. Atasan.
4. Asosiasi-asosiasi.
5. Tuntutan kerja.
6. Waktu.


Pengertian Manajerial Menurut Blake & Mouton.

   jaringan Manager adalah model yang diterima luas untuk menggambarkan gaya kepemimpinan pemimpin, dan efeknya pada pengikutnya. Blake dan Mouton menciptakan grid manajerial. Grid manajerial terdiri dari dua dimensi: perhatian tentang bisnis dan kepedulian tentang orang-orang. Skala pada manajer jaringan adalah pasar dari 1 sampai 9 untuk kedua dimensi. Manajer dapat dijelaskan oleh kombinasi dari dua dimensi. Hal ini diyakini bahwa (9,9) manajer adalah yang paling efektif. The 9,9) manajer (menunjukkan tingkat kepedulian yang tinggi terhadap bisnis dan tingkat tinggi kepedulian terhadap orang.kombinasi lainnya dari skala memberikan aksen yang lebih pada bisnis atau orang.
    Hal ini diyakini bahwa orang lebih bersemangat untuk bekerja dengan para pemimpin yang memiliki sikap yang tinggi terhadap bisnis dan sikap tinggi terhadap orang pada saat yang sama. Mereka manajer (9,9) pada Blake dan Mouton Managerial Grid. Jadi pengertian Blake Mouton itu cukup bagus karena pemimpin memang seharusnya seperti itu.

Tiga Dimensi Dari Reddin.

Menurut Reddin, ada jenis gaya yang barus diperhatikan yaitu gaya yang efektif dan gaya yang tidak efektif. Gaya kepemimpinan dari Reddin ini tidak terpengaruh kepada lingkungan sakitarnya.

Gaya yang efektif terdiri atas tiga jenis, yaitu :
1. Eksekutif.
Gaya ini mempunyai perhatian yang banyak terhadap tugas-tugas pekerjaan dan hubungan kerja. Manajer seperti ini berfungsi sebagai motivator yang baik dan mau menetapkan produktivitas yang tinggi.
2. Pencinta Pengembangan (Developer).

Pada gaya ini lebih mempunyai perhatian yang penuh terhadap hubungan kerja, sedangkan perhatian terhadap tugas-tugas pekerjaan adalah minim.

3. Otokratis yang baik.
Gaya Kepemimpinan ini menekankan perhatian yang maksimum terhadap pekerjaan (tugas-tugas) dan perhatian terhadap hubungan kerja yang minimum sekali, tetapi tetap berusaha agar menjaga perasaan bawahannya.

2.3.2 Gaya yang tidak efektif adalah sebagai berikut :
1. Pencinta Kompromi (Compromiser).
Gaya Kompromi ini menitikberatkan perhatian kepada tugas dan hubungan kerja berdasarkan situasi yang kompromi.

2. Missionari
Manajer seperti ini menilai keharmonisan sebagai suatu tujuan, dalam arti memberikan perhatian yang besar dan maksimum pada orang-or
kerja tetapi sedikit perhatian terhadap tugas dan perilaku yang tidak sesuai.

3. Otokrat
Pemimpin tipe seperti ini memberikan perhatian yang banyak terhadap tugas dan sedikit perhatian terhadap hubungan kerja dengan perilaku yang tidak sesuai.

4. Lari dari tugas (Deserter)
Manajer yang memiliki gaya kepemipinan seperti ini sama sekali tidak memberikan perhatian, baik kepada tugas maupun hubung kerja.
 

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GAYA KEPEMIMPINAN

Dalam melaksanakan aktivitas pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Berilut adalah pendapat dari pada ahli dalam menanggapi Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan.

H. Jodeph Reitz (1981) yang dikutif Nanang Fattah, sebagai berikut :
1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2. Harapan dan perilaku atasan.
3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6. Harapan dan perilaku rekan.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.

Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
1. Sebagai pelaksana (executive).
2. Sebagai perencana (planner).
3. Sebagai seorangahli (expert).
4. Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group representative).
5. Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller of internal relationship).
6. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of rewards and punishments).
7. Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator).
8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar).
9. Merupakan lambing dari pada kelompok (symbol of the group).
10. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for individual responsibility).
11. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist).
12. Bertindak sebagai seorang aya (father figure).
13. Sebagai kambing hitam (scape goat).

Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu kepemimpinan harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu juga bahwa pemimpin memiliki tugas yang embannya, sebagaimana menurut M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
1. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya.
2. Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai.
3. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.

Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang pemimpian yang profesional, di mana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Di samping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.


Hasil studi Tannenbaum dan Schmid sebagaimana dikutip Kadarman, et.al.(1996) menunjukkan bahwa gaya dan efektifitas gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh :
1. Diri Pemimpin.
Kepribadian, pengalaman masa lampau, latar belakang dan harapan pemimpin sangat mempengaruhi efektifitas kepemimpinan disamping mempengaruhi gaya kepemimpinan yang dipilihnya.
2. Ciri Atasan.
Gaya kepemimpinan atasan dari manajer sangat mempengaruhi orientasi kepemimpinan manajer.
3. Ciri Bawahan.
Respon yang diberikan oleh bawahan akan menentukan efektivitas kepemimpinan manajer. Latar belakang pendidikan bawahan sangat menentukan pula caramanajer menentukan gaya kepemimpinannya.
4. Persyaratan Tugas.
Tuntutan tanggungjawab pekerjaan bawahan akan mempengaruhi gaya kepemimpinan manajer.
5. Iklim Organisasi dan Kebijakan.
Ini akan mempengaruhi harapan dan prilaku anggota kelompok serta gaya kepemimpinan yang dipilih oleh manajer.
6. Perilaku dan Haapan Rekan.
Rekan sekerja manajer merupakan kelompok acuan yang penting. Segala pendapat yang diberikan oleh rekan-rekan manajer sangat mempengaruhi efektivitas hasil kerja manajer.


Kamis, 14 Oktober 2010

ORGANISASI

Latar belakang dari tulisan ini adalah untuk membuat suatu rancangan organisasi yang terstruktur agar sebuah organisasi besar ataupun kecil mengcapai tujuan yang diinginkan.

 
Ciri-ciri Organisasi

Berikut beberapa ciri-ciri dari organisasi:
- Adanya komponen ( atasan dan bawahan)
- Adanya kerja sama (cooperative yang berstruktur dari sekelompok orang)
- Adanya tujuan
- Adanya sasaran
- Adanya keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati
- Adanya pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas 


Menyangkut hal itu pengertian organisasi juga merupakan sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih, atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.


Unsur-unsur organisasi

Setiap bentuk organisasi akan mempunyai unsur-unsur tertentu,
yang antara lain sebagai berikut :
Sebagai wadah atau tempat untuk bekerja sama.
Proses kerja sama sedikitnya antara dua orang
Jelas tugas dan kedudukannya masing-masing
Ada tujuan tertentu
1. Sebagai Wadah Atau Tempat Untuk Bekerja Sama
Organisasi adalah merupakan suatu wadah atau tempat dimana orang-orang dapat bersama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan tanpa adanya organisasi menjadi saat bagi orang-orang untuk melaksanakan suatu kerja sama, sebab setiap orang tidak mengetahui bagaimana cara bekerja sama tersebut akan dilaksanakan. Pengertian tempat di sini dalam arti yang konkrit, tetapi dalam arti yang abstrak, sehingga dengan demikian tempat sini adalah dalam arti fungsi yaitu menampung atau mewadai keinginan kerja sama beberapa orang untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pengertian umum, maka organisasi dapat berubah wadah sekumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan tertentu misalnya organisasi buruh, organisasi wanita, organisasi mahasiswa dan sebagainya.
2. Proses kerja sama sedikitnya antar dua orang
Suatu organisasi, selain merupakan tempat kerja sama juga merupakan proses kerja sama sedikitnya antar dua orang. Dalam praktek, jika kerja sama tersebut di lakukan dengan banyak orang, maka organisasi itu di susun harus lebih sempurna dengan kata lain proses kerja sama di lakukan dalam suatu organisasi, mempunyai kemungkinan untuk di laksanakan dengan lebih baik hal ini berarti tanpa suatu organisasi maka proses sama itu hanya bersifat sementara, di mana hubungan antar kerja sama antara pihak-pihak bersangkutan kurang dapat diatur dengan sebaik-baiknya.
3. Jelas tugas kedudukannya masing-masing
Dengan adanya organisasi maka tugas dan kedudukan masing-masing orang atau pihak hubungan satu dengan yang lain akan dapat lebih jelas, dengan demikian kesimpulan dobel pekerjaan dan sebagainya akan dapat di hindarkan. Dengan kata lain tanpa orang yang baik mereka akan bingung tentang apa tugas-tugasnya dan bagaimana hubungan antara yang satu dengan yang lain.
4. Ada tujuan tertentu
Betapa pentingnya kemampuan mengorganisasi bagi seorang manajer. Suatu perencana yang kurang baik tetapi organisasinya baik akan cenderung lebih baik hasilnya dari pada perencanaan yang baik tetapi organisasi tidak baik. Selain itu dengan cara mengorganisasi secara baik akan mendapat keuntungan antara lain sebagai berikut :
Pelaksanaan tugas pekerjaan mempunyai kemungkinan dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif
Secara ringkas unsur-unsur organisasi yang paling dasar adalah :
- Harus ada wadah atau tempatnya untuk bekerja sama.
- Harus ada orang-orang yang bekerja sama.
- Kedudukan dan tugas masing-masing orang harus jelas.
- Harus ada tujuan bersama yang mau dicapai.

Teori Organisasi

Organisasi bukan sekadar kumpulan orang dalam kelompok atau jamaah tertentu. Tetapi organisasi mempunyai dua atribut inti yakni sekumpulan orang dan sistem. Sistem adalah kesatuan nilai integral yang dianut dan dipatuhi untuk dijalani bersama agar mencapai tujuan bersama (bukan sekadar tujuan yang sama).
Sebenarnya texxt book mengenai bahasan apa itu organisasi dan seluk beluknya amatlah banyak. Baik terbitan luar negri maupun karangan lokal sudah sedemikian banyaknya. Ilmu yang spesifik menyebut ‘organisasi’ memang baru hangat dituangkan dalam bentuk tulisan dan diperbincangkan semenjak satu hingga dua abad lalu. Walaupun sebenarnya ketika penciptaan manusia telah menuntut kehidupan sosial, organisasi telah ada. Mungkin pada abad pertengahan, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain yang seolah sengaja ditenggelamkan oleh pihak barat, ilmu ‘organisasi’ telah eksis.
Belajar mengenai organisasi secara utuh bagi mahasiswa atau kalangan terpelajar laiannya; mulai dari hakikat dasar organisasi, struktur, desain hingga aplikasinya; rasanya kurang lengkap tanpa menyebut text book yang satu ini. Buku karangan ahli manajemen dan organisasi; Stephen P. Robbins. Staf pengajar di San Diego University ini sebenarnya telah menerbitkan buku dengan judul asli “Organizaion Theory; Structure, Design & Application” semenjak tahun 1983. Pertama kali terbitan Prentice Hall. Akan tetapi baru tahun 1994 oleh penerbit Arcan Jakarta diterjemahkan oleh Jusuf Udaya, dengan judul dalam bahasa Indonesia; Teori Organisasi; Struktur, Desain dan Aplikasi.
Disajikan dalam 4 bab utama. Bab pertama menyajikan cerita di balik pengertian organisasi. Selanjutnya membahas apa penyebab struktur atau kata lainnya adalah skema. Di bab 3 dipaparkan mengenai konsep desain atau bagaimana merancang organisasi. Dan yang terakhir diceriterakan masalah kontemporer seputar organisasi dan permasalahannya. Misalnya komunikasi sampai konflik organisasi.
Organsasi menurut penulis lebih banyak dikaji secara ilmu administratif. Itulah awal mula pembahasan organisasi menurut penulis. Walaupun saat ini, apalagi memasuki era globalisasi dan teknologi informasi, organisasi bukan hanya dikaji dalam takaran ilmu administratif tetapi telah menjangkau semua lini pembelajaran dan lintas ilmu. Stephen memulai penggambaran organisasi dengan sebuah cerita. Yang diberi judul “Celestical Seasoning”. Ia bercerita mengenai sepasang suami istri yang pada tahun 1971 di Amerika Serikat memulai berjualan obat-obatan dari tanaman. Diracik sendiri. Sepasang suami istri tersebut bernama Mio Siegel dan John. Dari mulai bisnis yang ditangani sendiri, hingga ternyata berkembang pesat. Tak pelak membutuhkan bukan beberapa orang tambahan pekerja, tetapi struktur yang jelas mengenai pembagian kerja. Dari situlah dikenalkan bagaimana organisasi terbentuk dan apa hakikat organisasi.
Seperti telah dipaparkan tadi bahwa organisasi terbentuk atas dua komponen utama, yakni orang dan sistem. Dua hal yang saling terikat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Penulis menyebut teori organisasi berbeda dengan ‘Perilaku Organisasi’ (PO). PO lebih menekankan pada bahasan perilaku dan interaksi orang-orang di dalamnya secara mikro. Stephen tak lupa merangkum teori awal organisasi dan perkembangannya. Mulai dari ‘sistem tertutup’ yang dianut organisasi pada abad 18-19, manajemen audit, cerita mengenai F. Taylor hingga Miles & Soagan. Stephen bukan hanya memaparkan teori struktur organisasi yang dikemukakan oleh Mintzberg (Sederhana, Birokrasi Profesional, Mesin Birokrasi, Divisi dan Adokrasi), tetapi juga mengemukakan bahasan baru. Ada 3 jenis struktur yang utama, yakni sentralisasi, formalitas dan kompleksitas. 3 variabel tersebut yang menjadi pembeda. Dikatakan pula bahwa penyebab terjadinya struktur dalam perspektif industrialisasi bermula dari proses industri, kemudian menjadi strategi dan berakhir pada pembuatan struktur organisasi. Jika dikaitkan dengan perkembangan ilmu yang lebih relevan saat ini, maka istilah yang cukup mendekati untuk mewakili ‘strategi’ adalah ‘proses bisnis’.
Organisasi terus berkembang. Baik menuju perubahan maupun malah terpuruk. Terlepas dari itu semua, penulis membadi model perubahan organisasi menjadi dua jenis. Yakni model yang direncanakan dan yang terjadi begitu saja. Dalam perubahan itu pula; lebih tepat diistilahkan dengan perkembangan; ada konflik-konflik yang terjadi. Ada dua perspektif yang berbeda dalam memandang konflik. Yakni sebagai sebuah proses yang jelek, atau justru mengubahnya menjadi tantangan tersendiri yang harus diselesaikan. Berikut adalah bagan yang mencoba mewakili perkembangan organisasi menuju proses tumbuh. Dapat dianalogikan menjadi sebuah life cycle dari organisasi.


Kesimpulan dari tulisan ini adalah dimana dalam pembentukan suatu organisasi harus memiliki control yang sangat peka. karena tanpa itu semua suatu sistem organisasi tidak akan dapat berjalan lancar dengan kata lain tidak akan mencapai tujuan yang diinginkan.